Sosialisme

Pengertian Sosialisme

Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis,social, yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat.

Robert Own, adalah orang pertama yang menggunakan kata sosialisme.[1] Dia dikenal sebagai pelopor sosialisme di Inggris. Dia adalah seorang pengusaha kapas yang kaya raya yang mengawali kariernya dengan menjadi seorang penjaga toko. Own mengusulkan kepada pemerintah untuk mengganti kompensasi mereka kepada para buruh miskin dengan membangunkan sebuah perkampungan yang layak yang dilengkapi dengan unit industri yang bisa mereka gunakan untuk memproduksi barang-barang kebutuhan sehari-hari mereka. Unit kerja ini berguna untuk melatih para buruh lebih mandiri dan tidak bergantung pada kaum kapitalis yang menguasai perindustrian.

Sosialisme pada hakikatnya berasal dari gejolak dalam diri  manusia yang melahirkan kepercayaan bahwa segala penderitaan dan kemelaratan yang dihadapi harus diusahakan untuk melenyapkannya.[2] Seperti yang kita tahu, sosialisme yang muncul saat ini adalah buah dari reaksi terhadap liberalisme dan kapitalisme pada abad ke-19. Saat itu di Eropa, khususnya Eropa barat, muncul dua kelas baru, yaitu kelas Borjuis (orang kaya baru, pemilik modal) dan kelas buruh. Kelas buruh ini walaupun mereka sudah bekerja keras tetapi tetap saja hidup dalam kemiskinan dan penderitaan akibat permainan kaum Borjuuis yang hanya ingin memperoleh untuk sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan nasip pekerja mereka.

W. Surya Indra menyebutkan bahwa sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata.[3] George Lansbury, melalui bukunya My England, menyebutkan bahwa sosialisme berarti cinta kasih, kerjasama, dan persaudaraan dalam setiap masalah kemanusiaan.[4] Pemikiran Lansbury tentang sosialisme ini tidak bisa dilepaskan dari kekuatan agama kristen yang telah mendarah daging di masyarakat Eropa. Bagi masyarakat Eropa abad pertengahan, gereja adalah salah satu vasal yang amat kaya yang menguasai banyak harta dan tanah garapan. Semua hasil dari kekayaan gereja ini digunakan untuk memakmurkan gereja dan umat yang bernaung dibawahnya sehingga gereja tidak memiliki musuh tetapi sekutu dan pengikut yang setia.

Tujuan Sosialisme adalah untuk mewujudkan masyarakat sosialis dengan jalan mengendalikan secara kolektif sarana-sarana produksi dan memperluas tanggung jawab negara bagi kesejahteraan rakyat. Prinsip pelaksanaannya sebagai berikut:

  1. Kebebasan individu/hak sipil dijamin dan dilindungi oleh pemerintah
  2. Jaminan keamanan ekonomi bagi semua warga melalui sistem kesejahteraan
  3. Mencapai kesamaan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi dengan jalan peningkatan pendidikan, kebudayaan dan kebiasaan sosial
  4. Semua keputusan ekonomi, politik, pemerintahan, dan sosial harus mendapat persetujuan para warga melalui partisipasi mereka dengan aktif
  5. Semua sarana yang melayani keperluan masyarakat umum ada ditangan negara
  6. Tujuan dicapai secara demokratis, berangsur-angsur, revolusioner, etis konstitusional, dan damai
  7. Membayar kompensasi kepada masyarakat dalam periode peralihan menuju masyarakat persemakmuran sosial

Lahirnya Paham Sosialisme

Konsep dasar dari sosialisme sebenarnya telah dikembangkan oleh Plato dalam bukunya republikca. Plato menggambarkan bahwa penguasa tidak mempunyai kekayaan pribadi, semua yang dimiliki negara baik itu hasil produksi maupun konsumsi dibagikan dengan rata kesemua rakyat yang ada di negara tersebut.[5] Kekuasaan yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat tergambar jelas dalam konsep Plato tersebut. Bisa jadi konsep ini yang menjadi landasan dari pemikiran atas lahirnya paham sosialisme di Eropa kala itu.

Tahun 1750-1840 di Eropa terjadi revolusi industri yang diawali oleh Inggris. Revolusi ini ditandai dengan perubahan dari produksi yang dulunya dikerjakan dengan tangan manusia menjadi dikerjakan dengan mesin-mesin. Akibat dari revolusi industri ini adalah munculnya industri besar-besaran, lahirnya kelompok borjuis dan buruh, urbanisasi dan lahirnya kapitalisme modern.[6] Dampak paling mencolok dari revolusi industri ini adalah kesenjangan antara kaum buruh dan kaum borjuis. Nasip mereka tidak dipedulikan oleh majikannya, mereka harus hidup di perumahan kumuh dan mengais-ngais makanan. Mereka diekploitasi, jam kerja mereka dalam sehari bisa lebih dari 12 jam.[7] Revolusi sosial yang meletus di Inggris pada awal abad ke-19 ini akhirnya melahirkan sebuah paham baru yang mengusahakan industri di suatu negara tidak hanya dikuasai oleh individu tetapi juga harus ada ikut campur dari negara sehingga lebih demokratis dan bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat seluruhnya.[8] Paham inilah yang kini dikenal dengan sosialime.

Sosialisme muncul di Eropa sebagai sebuah gerakan protes terhadap ekonomi kapitalis. Mereka menuntut reformasi secara sosial dan ekonomi sehingga tidak ada lagi kelas sosial dan penguasaan ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-individu pemilik modal. Francois Babeuf, seorang penulis perancis abad ke-19, berpendapat bahwa semua orang mempunyai hak yang sama pada kekayaan diatas bumi.[9] Pendapat ini memperkuat bahwa pada dasarnya tidak ada kelompok pemiliki modal dan kelompok buruh yang terpisah dalam kelas-kelas sosial seperti yang terjadi pasca revolusi industri. Bahkan pendaat yang lebih ekstrim dikemukakakn oleh Henri Saint Simon yang mengusulkan penghapusan hak waris sehingga mengharuskan setiap orang untuk bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Perkembangan Paham Sosialisme

Perkembangan paham sosialisme pada era-era selanjutnya mempunyai pola yang unik tergantung pada keadaan dimana paham itu berkembang. Pada dasarnya sosialisme yang murni sosialisme dapat berkembang dengan baik di negara-negara dimana tradisi lembaga liberal berkembang dengan pesat dan memiliki pengaruh yang kuat. Pendapat ini dikemukakan oleh Thomas Moore, seorang sosialis utopis, berdasarkan pengamatannya pada fenomena yang ada di negara-negara kapitalis di Eropa Barat. Sedangkan sosialisme yang berkembang di negara yang tidak mempunyai tradisi liberal yang kuat, paham ini akan bermetamorfosa menjadi fasisme seperti yang terjadi di Italia.

Dalam perkembangannya, banyak jenis aliran sosialisme yang berkembang di seluruh dunia. Namun pada umumnya  paham sosialisme yang berkembang itu masih mempunyai kesamaan dalam tuntutan mereka dalam hal kepemilikan dan kontrol bersama terhadap beberapa alat produksi tertentu yang dianggap menyangkut hajat hiduap orang banyak. Perbedaan dari paham-paham sosialisme yang ada biasanya menyangkut hal-hala dasar, seperti:

  1. Tingkat dan sejauh mana kepemilikan dan kontrol bersama terhadap miliki itu dijalankan.
  2. Doktrin ideologis dan filsofis yang menjadi dasar program-programnya,
  3. Cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan mereka.[10]

Dari sekian banyak jenis sosialisme yang berkembang, terdapat dua jenis sosialisme yang berkembang  pesat di dunia dan mewarnai perjalanan panjang sejarah umat manusia, yaitu sosialis-demokratis dan sosialis-komunis. Perbedaan mendasar dari keduanya adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dari sosialisme itu sendiri, yaitu mewujudkan masyarakat sosialis. Perbedaan juga kan tampak dari kehidupan ditempat paham itu diterapkan.

Paham sosialism-komunis pada dasarnya lebih radikal dibanding sosialism-demokratis. Sosialisme aliran ini menggunakan metode revolusioner dan totaliter. Penganut aliran ini memilih jalan revolusi untuk mencapai cita-cita mereka, menciptakan masyaraat sosialistis. Pendistribusian dan konsumsi didasarkan pada kebutuhannya, sedangkan hak milik perseorangan dalam paham ini tidak diakui. Semua dikuasai dan hak milik atas nama negara. Paham ini masih kuat dipengaruhi oleh filsafat Marxis. Biasanya negara yang menganut paham ini mempunyai pemerintahan yang otoriter seperti yang terjadi di Rusia.

Paham sosialisme-demokrasi bisa dibilang lebih halus bia dibandingkan dengan komunisme. Paham ini menggunakan metode evolusioner dan demokratis. Untuk mencapai tujuan mereka cenderung memilih jalur evolusi, yaitu perubahan bertahap dalam jangka waktu tertentu. Pendistribusian hasil industri dan konsumsi didasarkan pada kecakapan yang dimiliki oleh perorangan, sehingga kesejahteraan ditentukan oleh usaha orang itu. Dalam masalah hak kepemilikan, perorangan diperbolehkan mempunyai hak milik akan tetapi perusahaan dan alat industri yang berhubungan dengan orang banyak harus menjadi hak milik negara dan dikelola sepenuhnya oleh negara. Dari gambarannya, Indonesia bisa masuk menjadi negara penganut sosialisme aliran ini.

Sosialisme di Berbagai Negara

Bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh mencerminkan pertumbuhan buruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial yang lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang kecil dalam perwakilannya di parlemen. Selanjutnya menjadi partai yang lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal. Banyak programnya yang berasal dari kaum sosialis,terutama dari kelompok Febiaan berhasil memperkuat posisi partai karena dapat memenuhi keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya dalam bidang (1) pemerataan pendapatan (2)distribusi pendapatan (3) pendidikan (4) perumahan.

Di Negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe reformasi liberal.Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya : ketimpangan ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum, menjadi slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi Marxisme revisionis,solidaritas kelas pekerja, dan pembentukan sosialis yang papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat untuk memperbaiki kekurangan system kapitalis.

Di negara-negara berkembang dalam masalah modernisasi ekonomi, mereka tidak suka meniru apa yang dilakukan oleh pembangunan kelompok kapitalis barat maupun komunis. Mereka menetapkan cara masing-masing yang sesuai dengan kondisi negara masing-masing namun mengadopsi sistem sosialism-demokratis. Dalam negara berkembang sosialisme dapat diartikan sebagai usaha untuk mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum, dan membangun ekonomi indstri untuk meningkatkan ekonomi dan pendidikan masyarakatnya. sedangkan di Negara berkembang sosialisme sering berjalan dengan beban tardisi pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan imperialism easing atau oleh penguasa setempat.Karena itu ada dugaan sosialisme di Negara berkembang menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap praktek otoriter dibandingkan dengan dengan yang terjadi sosialisme di Negara Barat.

Di Indonesia sampai sekarang ini dikenal sosialisme Pancasila, yaitu persenyawaan antara sosialisme dengan ideologi Pancasila yang terkandung dalam pasal 33 UUD 1945. Adapun arti sosialisme Pancasila, dapat kita simak pada rancangan Pelita yang menyebutkan sosialisme Pancasila adalah sosialisme yang bertujuan melaksanakan cita-cita bangsa Indonesia sebagai mana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yakni: Membentuk suatu pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kedamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian, sosialisme Pancasila tumbuh dan berkarya berdasarkan prinsip-prinsip Pancasila.

 

 Tokoh-tokoh Sosialisme

Berikut merupakan para perintis sosialis:

1.      Robert Owen (1881 – 1858)

Pemikirannya tentang sosialisme dituangkan dalam buku berjudul “A View of Society, an Essay on the Formation of human Character”. Dalam bukunya tersebut, ia menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Ia berusaha mencari caranya dengan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.

2.      Karl Heinrich Marx (1818 – 1883)

Ia menciptakan sosialisme yang didasarkan atas ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan sosialisme secara radikal. Karya Karl Marx yang terkenal adalah “Das Kapital” yang menyatakan bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas dan pemenang dari peperangan itu adalah kaum proletar (kaum buruh). Sosialisme pada masa penjajahan banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi. Paham sosialisme semakin banyak berpengaruh setelah konsep ini dijadikan sebagai salah satu senjata menghadapi kolonialisme dan imperialisme. Di negaranegara Asia – Afrika, banyak pemimpin yang tertarik dengan ajaran sosialisme.

3.      St. Simon (1760-1858)

Dia merupakan bapak sosialisme. Dia adalah orang pertama yang menyerukan perlunya sarana-sarana produksi agar dimiliki sepebuhnya oleh pemerintah.

4.      Thomas Moore

Dia adalah seorang sosialis Utopis. Menurutnya sosialisme merupakan reaksi dari kapitalisme. Sosialisme hanya dapat mengambangkan dirinya di negara dengan tradisi liberal yang sudah berkembang, sedangkan di negara yang tidak memiliki tradisi ini, maka sosialisme akan berubah menjadi faisme.

 

 

Catatan Kaki :


[1] Henry J. Schmandt, filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Modern,terj., cet.1,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm.511.

[2] Dellier Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Bandung: Mizan, 1999), hlm.188.

[3] Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Bandung: Alumni, 1981), hlm.75.

[4] Willian Ebenstein & Edwin Fogelman, Isme-Isme Dewasa Ini, ed.9, (Jakarta: Erlangga, 1990), hlm.220.

[5] Willian Ebenstein & Edwin Fogelman, op.cit., hlm.221.

[6] Dalam kapitalisme modern, pelaku kapitalis tidak hanya berperan sebagai distributor tetapi sudah menjadi produsen. Kebutuhan akan bahan-bahan untuk industrinya membuat produsen ini akhirnya melakukan pencarian daerah penghasil bahan baku yang melimpah, kegiatan ini pada akhirnya nanti akan menimbulkan apa yang dinamakan imperialisme mdern, yang pada perkembangannya tidak hanya mencari darah penghasil bahan baku tetapi juga wilayah sebagai pasar untuk menjual barang hasil industri mereka. (lihat: Soebantardjo, Sari Sedjarah Eropa-Amerika, Yogyakarta: Penerbit Bobkri, 1960, hlm.116 )

[7] Ibid., hlm.117.

[8] Firdaus Syam, Pemikiran Filsafat Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya terhadap Dunia Ke-3, ed.1 cet., (Jakarta: Bumi Akasara, 2007),hlm.268

[9] Henry J. Schmandt, log.cit., hlm.510.

[10] Ibid.

Tentang faqihpembebas

Jika SAHABAT bisa diartikan dalam ilmu NAHWU, maka jadilah seperti LAA NAFI yang tidak berpengaruh buruk pada temanmu sehingga menjadikannya berubah. Jadilah seperti NUN TAUKIT yang selalu menguatkan dan janganlah seperti MUDHOF ILAIH yang bergantung pada orang lain, tapi jadilah seperti QOD yang selalu bersungguh-sungguh dalam menggapai cita-cita yang setinggi angkasa. Dan janganlah kamu egois seperti AMIL NAWASIKH yang suka memutus atau merusak persahabatan, maka jadilah seperti HURUF ATOF yang bisa menyambung tali persaudaraan dengan kejujuran dan kekompakan.
Pos ini dipublikasikan di pemikiran. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar